Liputan6.com, Jakarta – Diet tanpa gula, atau lebih tepatnya mengurangi konsumsi gula tambahan, merupakan pola makan yang bertujuan membatasi asupan gula harian seminimal mungkin. Penting untuk diingat bahwa tubuh tetap membutuhkan gula sebagai sumber energi, sehingga diet ini berfokus pada pengurangan gula tambahan, bukan eliminasi gula sepenuhnya.
Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa hanya makanan manis seperti permen dan kue saja yang mengandung gula. Padahal, gula tambahan tersembunyi di banyak produk olahan yang kita konsumsi sehari-hari—mulai dari minuman bersoda, sereal, hingga yogurt rasa. Jika dikonsumsi berlebihan, gula tambahan bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Inilah alasan mengapa pola makan bebas gula atau no-sugar diet mulai banyak dilirik.
No-sugar diet atau diet tanpa gula adalah pola makan yang menghindari konsumsi gula tambahan sepenuhnya. Penting untuk dibedakan bahwa dalam pola ini, yang dihindari adalah gula tambahan, bukan gula alami yang secara organik terkandung dalam makanan seperti buah (fruktosa), susu (laktosa), atau karbohidrat kompleks seperti beras merah dan sayuran akar (sukrosa alami).
Gula tambahan adalah jenis gula yang ditambahkan oleh produsen makanan ke dalam produk olahan, baik untuk meningkatkan rasa maupun memperpanjang masa simpan.
Apa Itu No Sugar Diet?
No-sugar diet adalah pendekatan diet yang fokus pada penghindaran gula tambahan dalam makanan. Gula tambahan ini sering kali ditemukan dalam berbagai produk olahan dan minuman manis. Menghindari gula tambahan dapat membantu mengurangi risiko berbagai penyakit kronis.
Gula tambahan dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti:
- Sirup jagung fruktosa tinggi
- Gula tebu
- Sirup maple
- Madu
- Gula aren
- Molases
- Jus tebu yang diuapkan
- Maltodekstrin
“Gula tambahan tidak selalu muncul dengan nama ‘gula’ dalam label produk. Ia bisa menyamar dengan berbagai istilah yang terdengar ‘alami’, padahal tetap berdampak buruk jika dikonsumsi berlebihan,” jelas ahli diet terdaftar, pelatih pribadi bersertifikat NASM dan direktur Laboratorium Nutrisi dan Kebugaran Good Housekeeping Institute Stefani Sassos, M.S., R.D.N., NASM-CPT, dilansir Good Housekeeping.
Berapa Banyak Gula yang Aman Dikonsumsi?
Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan batas konsumsi gula harian maksimal 50 gram (5-9 sendok teh) per orang. Namun, asupan rata-rata masyarakat Indonesia jauh melebihi angka tersebut. Pria dianjurkan membatasi asupan gula tambahan kurang dari 9 sendok teh per hari, sedangkan wanita kurang dari 6 sendok teh per hari.
Menurut American Heart Association, batas konsumsi gula tambahan harian adalah maksimal 25 gram (6 sendok teh) untuk wanita, dan 36 gram (9 sendok teh) untuk pria. Kenyataannya, banyak orang yang tidak menyadari seberapa banyak gula yang mereka konsumsi setiap hari.
Contoh nyata dari tingginya konsumsi gula adalah satu kaleng soda biasa (12 ons) yang bisa mengandung sekitar 8 sendok teh gula, tanpa memberikan nilai gizi apapun. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa label nutrisi dan menyadari jumlah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Apa Manfaat Diet Tanpa Gula?
Salah satu manfaat paling nyata dari diet bebas gula adalah potensi penurunan berat badan. Dengan menghindari makanan manis dan tinggi kalori kosong, tubuh mengurangi asupan energi yang tak bergizi.
“Mengurangi asupan gula tambahan secara signifikan bisa memangkas ratusan kalori per hari,” jelas Stefani.
Diet tanpa gula juga membantu mengontrol kadar gula darah, menstabilkan energi sepanjang hari, memperbaiki kesehatan jantung, dan menurunkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes tipe 2 dan perlemakan hati. Mengurangi gula dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh, yang merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronis.
Selain itu, diet ini juga dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut, karena gula merupakan penyebab utama kerusakan gigi. Dengan mengurangi konsumsi gula, kita dapat menjaga kesehatan gigi dan mencegah masalah kesehatan mulut lainnya.