Liputan6.com, Jakarta Secara harfiah, saraf terjepit memang berarti saraf yang terjepit di antara ruas-ruas tulang belakang. Saraf terjepit tidak akan terjadi jika tidak ada perubahan struktur tulang. Artinya, harus terjadi penyempitan dahulu pada ruas tulang belakang.
Menurut dokter spesialis neurologi di DRI Clinic, Irca Ahyar saraf kejepit bisa terjadi akibat riwayat jatuh di masa kecil.
“Misalnya, sewaktu masih usia anak-anak, tak sedikit dari kita yang jatuh dari pohon atau tangga. Orangtua biasanya hanya menganggap itu jatuh biasa, bukan kejadian yang serius. Sehingga, ketika muncul rasa sakit, orangtua akan menilai bahwa sakitnya karena jatuh, lalu mengesampingkan gejala lain,” jelas Irca dalam keterangan pers dikutip pada Jumat (30/5/2025).
Hal ini pun dibiarkan hingga beranjak dewasa hingga ketika melakukan kegiatan berat, seperti angkat beban atau angkat galon, barulah terasa sakit.
“Ketika melakukan olahraga angkat beban, otot pinggang tiba-tiba terasa tertarik sampai ke bokong. Saat pemeriksaan X-ray, akan diketahui bahwa kondisi tersebut tidak terjadi dalam satu malam. Artinya, sebetulnya pergeseran tulang sudah terjadi beberapa tahun silam akibat jatuh sewaktu kecil, tapi gejalanya baru terpicu ketika mengangkat beban berat, seperti saat nge-gym atau angkat galon,” papar Irca.
Halo sahabat Vidio! Cek Fakta Dengan Dokter berikutnya, bersamai, dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine dari RS EMC Tangerang akan memberikan penjelasan mengenai Nyeri Pinggang dan Saraf Terjepit, Pahami dan Tuntaskan!. Yuk, catat tanggalnya!
Saraf Terjepit Akibat Trauma dan Benturan
Saraf terjepit juga bisa terjadi akibat trauma atau benturan. Misalnya, akibat terpeleset dan jatuh dalam posisi terduduk.
Kecelakaan motor yang menyebabkan jatuh telentang dengan benturan pada tulang belakang atau benturan akibat aktivitas olahraga high impact, seperti sepak bola dan basket juga dapat menyebabkan saraf kejepit.
Aktivitas lain yang juga bisa memicu saraf kejepit adalah mengangkat beban berat saat otot tidak siap atau salah posisi.
Duduk Lama Depan Komputer atau Gawai dengan Posisi Salah
Lalu, benarkah duduk lama di depan komputer bisa menyebabkan saraf terjepit? Irca menjelaskan, aktivitas tersebut tergolong sebagai habit atau kebiasaan.
“Habit seperti itu, atau habit main ponsel sambil tiduran dengan posisi tengkurap miring, atau posisi duduk lama dengan postur tubuh membungkuk, sebenarnya memiliki risiko kecil terhadap terjadinya saraf terjepit. Postur salah yang hanya dilakukan sesekali akan menyebabkan perubahan otot, bukan saraf terjepit.”
Namnun, jika dilakukan terus-menerus secara konsisten selama satu tahun, postur tubuh yang salah itu juga bisa mengubah struktur tulang belakang. Apalagi, jika sebelumnya ada riwayat benturan. Tulang bisa bergeser dan celah di antara tulang bisa menyempit.
Lebih lanjut, ia menguraikan, ada faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu struktur tulang belakang yang memang secara genetik tidak bagus, yaitu skoliosis. Ini juga menurutnya menjadi faktor yang sering kali terabaikan, karena orang tidak mencari tahu riwayat keluarga dengan skoliosis, jika tidak merasakan gejala apapun.
Bagaimana Mencegah Saraf Terjepit?
Kabar baiknya, saraf terjepit bisa dicegah. Menurut Irca, langkah pertama adalah mengenali tubuh sendiri.
“Sebesar apa kemampuan otot kita, seberat apa beban yang bisa kita bawa, apakah postur tubuh kita sudah baik saat melakukan sesuatu, olahraga apa saja yang kita lakukan, aktivitas harian apa yang kita jalani, dan sebagainya.”
Kalau pekerjaan sehari-hari tidak melibatkan pembentukan otot, maka otot tulang belakang tidak akan terbentuk. Itu berarti, kemampuan otot untuk mengangkat beban, tidak akan besar. Untuk mengangkat beban seberat 2,5 kg saja, otot mungkin tidak mampu.
“Ketika otot yang tidak terlatih dipaksa untuk mengangkat beban berat, otot tersebut akan mencengkeram kuat-kuat, hingga kemudian menjadi kaku. Otot yang kaku akan menggenggam tulang belakang terus-menerus. Akibatnya, celah di antara tulang akan menyempit, hingga kemudian menyebabkan saraf terjepit,” papar Irca.
Dia menyarankan untuk melakukan peregangan tulang belakang. Stretching yang dilakukan dengan benar bisa membantu melenturkan otot, sekaligus mengurangi tekanan pada otot di tulang belakang.
Di samping itu, ia sangat berharap, anak usia remaja dan sekolah, bisa menjalani skrining dini untuk pemeriksaan tulang belakang.
“Lewat skrining, struktur tulang seseorang bisa diketahui. Sehingga, ketika suatu kali merasakan pegal di pinggang, misalnya, dokter sudah tahu bahwa pasien tidak punya kelainan struktur tulang sebelumnya. Hal ini akan memudahkan dalam menentukan treatment (penanganan) terbaik,” pungkas Irca.
… Selengkapnya