Liputan6.com, Jakarta Persoalan kekurangan gizi dan stunting merupakan isu strategis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ekonomi, sanitasi, hingga budaya.
Di Indonesia, masalah gizi tak melulu soal kekurangan asupan gizi tapi juga kelebihan berat badan (overweight) hingga obesitas. Hal ini dibuktikan dengan prevalensi gizi kurang, stunting, dan obesitas yang masih cukup tinggi di Tanah Air.
“Oleh karena itu, produk pangan fungsional penting untuk dikembangkan guna mendukung konsumsi bahan pangan lokal sebagai upaya pemenuhan diet pada gizi masyarakat,” kata Guru Besar FK-KMK UGM Prof. Dr. Lily Arsanti Lestari, S.T.P., M.P., melansir laman UGM, Jumat (30/5/2025).
Menurutnya, Indonesia adalah negara dengan kekayaan hayati nomor dua terbesar di dunia setelah Brazil. Namun, belum dimanfaatkan secara optimal.
“Penting untuk mengembangkan produk pangan olahan berbasis bahan lokal yang dapat memberikan manfaat kesehatan yang spesifik,” kata Lily dalam pidato pengukuhan Guru Besar dirinya yang berlangsung di Balai Senat Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Selasa (27/5/2025).
Lily menegaskan bahwa diet berperan penting pada berbagai kasus gizi dan kesehatan. Keseimbangan gizi akan bermanfaat pada kebutuhan nutrisi bagi tubuh dan menurunkan resiko munculnya penyakit.
“Tentunya, mewujudkan gizi seimbang perlu didukung kebijakan dan komitmen lintas sektor dalam memberikan akses bahan pangan lokal bergizi bagi masyarakat,” ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan seorang pria dengan ukuran celana jeansnya di atas 32-33 itu termasuk dalam kelompok obesitas dan lebih cepat menghadap Allah SWT.
Mengatasi Stunting Butuh Kontribusi Pakar dan Akademisi
Melalui pidatonya berjudul Pengembangan Produk Pangan dan Olahan Berbasis Bahan Baku Lokal untuk Intervensi Gizi dan Kesehatan, Lily menyatakan pengentasan kemiskinan dan mengatasi stunting memerlukan kontribusi pakar dan akademisi.
Tujuannya, merumuskan kebijakan yang efektif dan inklusif. “Pemerintah (perlu) mampu memberikan stabilitas pada bahan pangan pokok agar seluruh lapisan masyarakat dapat memenuhi gizi seimbang,” katanya.
Masalah Gizi di Indonesia
Dia juga menyampaikan, perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu agenda besar pemerintah dalam mengatasi tingkat stunting.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di tahun 2022, masih terdapat 21,6 persen stunting dan gizi kurang (17,1 persen) pada balita.
Sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting masih sebesar 21,5 persen, prevalensi overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas sebesar 37,8 persen.
Sementara pada kelompok gangguan kesehatan karena masalah gizi, Prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes mellitus di tahun yang sama juga masih mencapai 30,8 persen dan 11,7 persen.
Tinggi rendahnya angka tersebut dapat mengindikasikan proporsi gizi yang dikonsumsi masyarakat dan pola gaya hidup.
… Selengkapnya