ONLINE177 – Jenis Makanan yang Harus Dihindari Lansia agar Tetap Sehat

tipe kepribadian lansia

Liputan6.com, Jakarta – Memasuki tahap lanjut usia (lansia), tubuh mengalami berbagai perubahan fisiologis. Fungsi organ menurun, termasuk produksi asam lambung yang melemah, sehingga sistem pencernaan menjadi lebih sensitif. Karena itu, lansia perlu lebih selektif dalam memilih makanan agar kesehatan tetap terjaga dan terhindar dari penyakit degeneratif.

Makanan yang terlalu asam dan bergas sebaiknya dihindari,” jelas ahli gizi RSUP Fatmawati, Niken Sulistyaningsih, S.Gz dalam Talkshow Keluarga Sehat bersama Kementerian Kesehatan RI, dikutip Kamis (29/5).

Buah-buahan seperti nanas, nangka, dan durian, meski digemari, termasuk yang perlu dibatasi karena bisa memicu gangguan pencernaan.

Tak hanya itu, hidangan tinggi garam juga menjadi makanan yang harus dihindari lansia.

“Makanan yang diawetkan seperti ikan kaleng, daging asap, dan sosis sebaiknya tidak sering dikonsumsi,” tambahnya. Kandungan garam tinggi pada makanan tersebut bisa memperberat kerja ginjal dan memicu tekanan darah tinggi.

Lansia juga disarankan membatasi konsumsi gula berlebih. “Hindari minuman dalam kemasan atau minuman kekinian saat diajak jalan-jalan oleh keluarga. Kandungan gulanya bukan hanya tinggi, tapi sangat tinggi,” tegas Niken.

Makanan tinggi lemak jenuh seperti gorengan dan santan kental, apalagi yang dihangatkan berulang kali, juga tidak direkomendasikan.

“Santan yang dipanaskan berulang, misalnya opor ayam, bisa berubah menjadi lemak trans. Ini bisa menghambat aliran darah dan nutrisi, berisiko menimbulkan penyakit jantung dan stroke,” paparnya.

Selain itu, lansia juga perlu menghindari konsumsi kafein berlebih dan alkohol. Kopi dan teh kental, jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan, dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting.

Meski banyak makanan favorit yang harus dikurangi, semua ini dilakukan demi menjaga kualitas hidup lansia.

“Santan gurih memang menggoda, tapi kalau sudah dipanaskan berkali-kali, sebaiknya tidak dikonsumsi lagi,” ujar Niken.

 


2 dari 3 halaman

Pentingnya Asupan Vitamin dan Cara Terbaik Memenuhinya

Menurut Niken, vitamin tetap dibutuhkan lansia, terutama jika asupan makan sehari-hari tidak mencukupi.

“Jika lansia sedang menjalani terapi medis, misalnya karena penyakit infeksi atau mengalami gangguan pencernaan, maka penyerapan vitamin dari makanan bisa terganggu. Di situlah peran suplementasi menjadi penting,” ujarnya.

Namun, sebelum buru-buru membeli suplemen, Niken menekankan pentingnya mendapatkan vitamin dari sumber alami terlebih dahulu.

“Vitamin dan mineral idealnya diperoleh dari buah dan sayur. Buah bisa dikonsumsi 3–4 porsi per hari, sementara sayur sekitar 2–3 porsi atau 100 gram per hari,” jelasnya.

Lantas bagaimana dengan suplemen? “Suplemen hanya pelengkap, bukan pengganti makanan sehat. Idealnya, penggunaannya harus berdasarkan anjuran dokter—agar tepat jenis, dosis, dan fungsinya,” tegas Niken.

Ia juga menambahkan bahwa selama kebutuhan vitamin masih bisa dipenuhi dari makanan alami, maka sebaiknya diprioritaskan dari sana. Suplementasi dibutuhkan bila ada kondisi medis khusus dan tetap harus di bawah pengawasan dokter.

 

3 dari 3 halaman

Menghadapi Penurunan Nafsu Makan pada Lansia

Masalah umum lainnya yang sering dihadapi lansia adalah penurunan nafsu makan. Bila dibiarkan, hal ini bisa berdampak pada kurangnya asupan gizi.

Beberapa strategi sederhana bisa dilakukan, seperti membuat tampilan makanan lebih menarik, menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering, serta mengajak lansia makan bersama agar suasana lebih menyenangkan.

Perubahan pola makan lansia memang menantang, terutama ketika harus menghindari makanan yang disukai. Namun, dengan edukasi yang tepat dan dukungan keluarga, lansia tetap bisa menikmati hidup sehat dan berkualitas.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *