Liputan6.com, Jakarta – Pekan lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada tujuh kasus COVID-19. Kasus tersebut tercatat pada minggu ke-22 tahun 2025 tepatnya tanggal 25 Mei-31 Mei.
Data ini dilihat berdasarkan laman resmi Infeksi Emerging Kemenkes RI yang Health Liputan6.com pantau pada Kamis, 5 Juni 2025 pagi. Pada pekan sebelumnya, yakni minggu ke-21, ditemukan 3 kasus COVID-19.
Terkait angka ini, epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan bahwa angka resmi bukan satu-satunya indikator. Pasalnya, tes yang sangat menurun membuat kasus yang tidak bergejala atau ringan tidak akan tercatat.
“Sebetulnya, dari kacamata epidemiologi, angka resmi bukan satu-satunya indikator. Karena, testing yang sangat menurun sehingga banyak kasus tidak bergejala ataupun ringan jelas tidak akan tercatat,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com saat dihubungi pada Kamis, (5/6/2025).
Di sisi lain, gejala yang mirip flu biasa membuat masyarakat tak melakukan tes COVID-19.
“Karena gejalanya mirip flu biasa, membuat masyarakat tidak melakukan tes COVID sehingga underreporting-nya juga tinggi. Hal lain juga karena surveilance genomic-nya terbatas, jadi varian baru mungkin sudah menyebar tanpa terdeteksi luas,” paparnya.
Presiden Joko Widodo meminta seluruh rakyat Indonesia tetap bersikap tenang menghadapi penyebaran virus Corona atau Covid-19. Ia pun mengimbau warga belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Hal tersebut ia sampaikan di Istana Bogor, Jawa Barat, Mingg…
Peningkatan Masalah Pernapasan di Faskes Bisa Jadi Cakup COVID-19
Di sisi lain, sambung Dicky, jika ada peningkatan kasus masalah pernapasan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes), itu bisa saja mencakup COVID-19.
“Di beberapa fasilitas kesehatan, misalnya ada lonjakan kasus ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) atau flu like syndrome, ini yang bisa jadi mencakup kasus COVID yang tidak teridentifikasi.”
“Jadi, respons saya, meskipun data Kemenkes menunjukkan kasus yang masih relatif rendah tapi risiko di masyarakat bisa lebih tinggi terutama di daerah padat dan di saat momen mobilitas tinggi seperti Idul Adha,” jelas Dicky.
Bagi kelompok usia muda, situasi ini tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi yang perlu mendapat perlindungan ekstra adalah kelompok rentan seperti bayi dan lanjut usia (lansia), ucapnya.
Menkes Budi: Memang Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Indonesia
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa memang terjadi kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia.
Hal itu ia sampaikan saat menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 3 Juni 2025.
Budi mengatakan, dalam pertemuan tersebut Presiden Prabowo menanyakan mengenai update perkembangan COVID-19 di Tanah Air.
Budi menjawab bahwa memang ada kenaikan kasus infeksi virus akibat SARS-CoV-2.
“Itu mengenai COVID, beliau tanya seperti apa. Saya sampaikan bahwa COVID itu memang terjadi kenaikan,” kata Menkes Budi kepada wartawan mengutip Antara.
Kenaikan Kasus COVID-19 Bukan dari Virus Mematikan
Lebih lanjut, Budi menjelaskan kenaikan kasus COVID-19 berasal dari virus yang tidak mematikan bila terinfeksi.
“Kenaikan ini adalah varian-varian yang relatif tidak mematikan,” katanya.
Maka dari itu, Budi meminta meski ada kenaikan kasus masyarakat tidak usah panik berlebihan.
“Jadi, enggak usah terlalu dikhawatirkan supaya masyarakat tidak panik,” katanya.
Di kesempatan itu, Budi mengatakan tren peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara memang naik, yang berasal dari subvarian Omicron JN.1.
… Selengkapnya