ONLINE177 – Jadi Sosok Ayah Masa Kini, Hindari Sifat Dominan dan Otoriter

Jadi Sosok Ayah Masa Kini, Hindari Sifat Dominan dan Otoriter

Liputan6.com, Jakarta Peran ayah di masa perubahan sosial dan disrupsi teknologi digital bukan sekadar mencari nafkah dan memberi pengasuhan masa lalu yang seragam.

Dengan globalisasi nilai dan berbagai perubahan yang ada, kini keluarga menjadi ruang perjumpaan lintas generasi sekaligus lintas budaya, dengan tantangan komunikasi yang semakin kompleks.  

Dalam konteks ini, peran ayah adalah menjadi figur pengasuhan yang adaptif terhadap perbedaan nilai, ekspresi emosi, serta gaya komunikasi anak-anak generasi Z dan Alpha.

Sosok ayah masa kini dituntut untuk mampu menavigasi dua spektrum besar. Yakni, keberagaman budaya dalam rumah tangga yang sering kali berasal dari latar etnis dan tradisi pengasuhan yang berbeda. Serta spektrum kesenjangan nilai dengan anak-anak generasi digital (Z dan Alpha) yang tumbuh dalam dunia egaliter dan berbasis teknologi.

“Jika tidak dibekali keterampilan komunikasi yang adaptif, jarak emosional dan konflik nilai akan terus melebar dalam keluarga. Maka, pendekatan komunikasi antarbudaya dan antar generasi dalam pembentukan model pengasuhan modern menjadi penting,” kata mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sahid, Jakarta, Retno Dewanti, Selasa (1/7/2025) mengutip keterangan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN.

Menurut Retno, dalam sistem budaya kolektivistik seperti Indonesia, peran ayah tengah mengalami transisi. Dari yang dulu dominan dan otoriter, kini dituntut menjadi pendengar, pembelajar, dan penjembatan generasi.