Liputan6.com, Jakarta Ada diet atau pengaturan pola makan tersendiri bagi pasien anemia defisiensi besi atau (ADB).
Anemia defisiensi besi sendiri merupakan salah satu jenis anemia akibat kekurangan zat besi di dalam tubuh.
Menurut dokter spesialis anak subspesialis hematologi onkologi, Profesor Harapan Parlindungan Ringoringo, ada beberapa makanan dan minuman yang baik untuk dikonsumsi oleh pasien anemia defisiensi besi. Pasalnya, makanan-makanan ini dapat membantu penyerapan atau absorbsi zat besi (Fe) dalam tubuh (enhancer), berikut daftarnya:
- Daging sapi;
- hati;
- daging ayam;
- ikan;
- jus jeruk;
- jus pear;
- jus apel;
- jus nanas;
- buah plum;
- pisang;
- manga;
- wortel;
- kentang;
- labu;
- brokoli;
- kembang kol;
- tomat;
- selada;
- tomat;
- merica;
- timun.
“Baiknya konsumsi makanan atau buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C. Ini membantu absorbsi zat besi, misalnya besi 10 gram hanya dapat diserap 1 gram oleh tubuh, tapi dengan bantuan makanan ini, penyerapannya bisa meningkat jadi 3 gram,” kata dokter yang akrab disapa Parlin dalam webinar bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (17/6/2025).
Sebaliknya, ada pula makanan yang dapat menghambat penyerapan Fe (inhibitor), yakni:
- Wheat bran (kulit ari gandum);
- teh;
- kacang;
- legume (kacang polong, buncis, kacang tanah).
- sayuran hijau;
- kopi;
- tepung maizena.
Sajikan menu sarapan sehat, nikmat dan bergizi tinggi bagi keluarga Anda agar tubuh selalu terjaga dalam kondisi prima. Salah satu menu yang dapat Anda coba adalah bubur kacang hijau dan ketan hitam yang juga dapat mencegah gejala anemia.
Kenali Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Parlin memaparkan, ada beberapa penyebab anemia defisiensi besi baik pada anak maupun pada orang dewasa, yakni:
- Persediaan besi yang kurang akibat berat badan lahir rendah (BBLR).
- Bayi lahir kembar.
- Ibu alami anemia saat hamil.
- Masukan besi yang kurang dari makanan tambahan.
- Jenis makanan kurang mengandung zat besi (Fe-Heme).
- Adanya kebutuhan besi yang meningkat akibat pertumbuhan yang cepat.
- Infeksi akut berulang atau infeksi kronik.
- Sindrom malabsorbsi atau kelainan dalam penyerapan zat besi.
- Malnutrisi.
- Kehilangan zat besi berlebih misalnya karena perdarahan gastrointestinal kronis.
- Menstruasi berlebihan.
- Kombinasi dari penyebab-penyebab di atas.
Kenali Gejala Anemia Defisiensi Besi
Lebih lanjut, Parlin memaparkan berbagai gejala yang bisa merujuk pada anemia defisiensi besi. Jenis anemia akibat tubuh kekurangan zat besi ini dapat ditandai dengan:
- Anak dengan anemia defisiensi besi cenderung iritabel atau rewel tanpa sebab.
- Lesu, lemas, cepat lelah.
- Berdebar-debar.
- Sakit kepala.
- Tidak lincah bermain.
- Glossitis atau peradangan lidah.
- Spoon nail atau kuku jadi lentik.
- Organomegali atau pembesaran organ.
- Bising sistolik (suara jantung tak normal).
- Kehilangan selera makan.
- Sesak napas.
- Gangguan perilaku.
- Infeksi berulang.
- Pertumbuhan terhambat.
- Sulit untuk fokus.
- Penurunan sistem kekebalan tubuh.
- Pucat.
“Gejala pucat adalah salah satu gejala yang membuat orangtua membawa anaknya ke dokter. Menurut mereka ini sesuatu yang sangat urgent. Pucatnya bisa muncul perlahan, bisa juga muncul secara akut,” jelas Parlin.
Gejala pucat akibat anemia defisiensi besi biasanya sangat terlihat di kelopak mata bawah bagian dalam yang menjadi putih. Titik lain yang dapat terlihat jelas ketika pucat adalah telapak tangan, telapak kaki, dan bibir.
“Gejala khas lainnya bisa dilihat di lidah, lidah biasanya bergerindil, tidak mulus, kalau dia mulus (glossitis) artinya ada suatu kondisi ADB. Demikian juga kuku, kukunya lentik. Bulu mata boleh lentik, tapi kuku tidak boleh lentik (spoon nail),” paparnya.
Bagaimana Dampak ADB Jika Dibiarkan?
Jika anemia defisiensi besi tidak ditangani dengan baik meski sudah timbul gejala-gejala di atas, maka ada berbagai dampak yang dapat terjadi, seperti:
- Gangguan perkembangan motorik.
- Penurunan kemampuan kognitif.
- Gangguan perilaku.
- Gangguan pendengaran.
- Gangguan penglihatan.
- Gangguan mielinisasi atau lapisan pelindung (selubung) di sistem saraf pusat.
“Dan gangguan ini sifatnya irreversibel (tidak dapat dikembalikan seperti semula),” ucap Parlin.
Akibatnya, kemampuan atau prestasi belajar anak akan menurun sehingga produktivitasnya pun turun. Akhirnya, sambung Parlin, ini dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM).
Bagaimana Cara Mencegah ADB?
Maka dari itu, guna mencegah ADB, perlu dilakukan beberapa cara seperti suplementasi zat besi berupa besi elemental dengan dosis 1 mg per kilogram berat badan (kgbb) per hari. Diberikan kepada semua bayi yang lahir normal (aterm) sejak lahir.
“Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun,” terang Parlin.
Langkah lain yang dapat diikuti adalah:
- Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi selama mungkin (eksklusif).
- Berikan pendamping ASI yang telah diperkaya dengan Fe (zat besi).
- Fortifikasi Fe dalam makanan padat.
- Hindari peningkatan berat badan berlebihan.
- Berikan makanan yang meningkatkan absorpsi (penyerapan) Fe seperti buah-buahan, ikan, dan hati.
- Gencarkan penyuluhan soal makanan yang banyak kandungan Fe.
- Tunda penjepitan tali pusat 1-3 menit.
- Peningkatan layanan antenatal.
- Suplementasi Fe 60 mg Fe elemental /minggu hingga 16 minggu, trimester ke-3.
- Pengentasan kemiskinan.
- Suplementasi besi 1 mg/kgbb/hari 0 – 24 bulan.
- Pencegahan sekunder melibatkan skrining, diagnosis, dan pengobatan ADB.
- Skrining laboratorium universal untuk ADB pada usia sekitar 1 tahun untuk anak yang sehat.
… Selengkapnya