ONLINE177 – Kemenkes Dukung Pengembangan Ekosistem Genomik agar Setiap Pasien Dapat Pengobatan Presisi

genomik

Liputan6.com, Jakarta – Teknologi genomik adalah hal penting di dunia kesehatan. Berkaca dari pengalaman pandemi COVID-19, saat Corona menyerang, kemampuan laboratorium Indonesia untuk diagnosis virus masih sangat rendah.

Memang ada tes polymerase chain reaction atau PCR yang merupakan teknologi molekuler untuk deteksi COVID-19. Namun, mengetahui positif atau negatif COVID saja tidak cukup. Dengan teknologi genomik seperti whole genome sequencing, maka virus Corona dan turunannya bisa diketahui karakteristiknya.

“Semua tahu kan ada varian-varian dari COVID-19, ada Omicron, Delta, nah itu bisa diketahui dari sequencing. Jadi kita bisa dapat varian-varian tersebut dan kita bisa tahu ternyata Omicron itu sebarannya lebih tinggi dari Delta, tapi Delta lebih menakutkan dan menimbulkan kematian,” kata Kepala Balai Besar Biomedis dan Genomika Kesehatan (BB Binomika) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan INA-CRC, Indri Rooslamiati dalam Illumina Genomics Summit Indonesia 2025, Kamis (24/4/2025).

Mengingat pentingnya teknologi genomik, maka Kemenkes memiliki kesadaran untuk mendukung perkembangannya di Indonesia. Indri menjelaskan, teknologi genomik tak hanya berbicara soal virus tapi juga pengobatan yang presisi dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

“Selama ini kan pengobatan itu setiap orang punya obat yang sama dengan dosis yang sama.”

Padahal, sambungnya, orang dengan penyakit yang sama belum tentu membutuhkan obat yang sama pula dari sisi jenis dan dosisnya. Maka mereka perlu pengobatan presisi (pecision medicine) atau pengobatan yang dipersonalisasi sesuai keadaan dan kebutuhan setiap pasien.

“Memang masih mahal (tes genomik), tapi perlahan-lahan kita berupaya agar tes ini bukan seperti tas mewah tapi menjadi lebih terjangkau seperti kita belanja di supermarket,” tuturnya.