ONLINE177 – Festival Hujan Bulan Juni 2025, Warisan Sastra Sapardi Djoko Damono yang Tak Pernah Usang

Dekan FIB UI Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum.

Liputan6.com, Jakarta – Di tengah rutinitas yang sering kali melelahkan dan arus informasi yang tak henti-hentinya, seni hadir sebagai ruang jeda. Melalui puisi, musik, tari, dan teater, kita diajak untuk bernapas sejenak, menyelami emosi terdalam, dan menemukan kembali makna hidup yang kadang terlupa. Kegiatan berkesenian bahkan terbukti mampu membantu mengelola stres, menumbuhkan empati, serta memperkuat kesehatan mental dan sosial seseorang.

Menyoal seni, Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (Iluni FIB UI) berkolaborasi dengan BEM FIB UI dan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) FIB UI Kembali menggelar Festival Hujan Bulan Juni. Festival tahunan yang diselenggarakan pada Jumat (13/6) di Auditorium Gedung IV, FIB UI, Depok, Jawa Barat ini merupakan bentuk penghormatan terhadap warisan sastra Indonesia, khususnya karya Sapardi Djoko Damono, penyair besar yang puisi-puisinya telah menyentuh lintas generasi dan lintas bahasa.

Merawat Asa Lewat Kata

Mengusung tema “Merawat Asa”, Festival Hujan Bulan Juni 2025 ingin menjadi jawaban atas narasi-narasi suram yang belakangan marak menghiasi ruang publik. Puisi dihadirkan bukan hanya sebagai karya sastra, tetapi sebagai medium harapan, refleksi, dan penyambung rasa antar generasi.

“Keragaman budaya Indonesia diapresiasi oleh komunitas global. Iluni FIB UI bersama sivitas akademika, mahasiswa, alumni, dan komunitas budaya bergotong royong memperkokoh kebudayaan nasional,” ujar Patria Ginting, Ketua Umum Iluni FIB UI, dalam sambutannya secara virtual dari Sacramento, Amerika Serikat.

Ia juga menyampaikan apresiasinya terhadap seluruh pihak yang terlibat, mulai dari Dekan FIB UI Dr. Bondan Kanumoyoso, BEM FIB UI, para dosen, alumni, hingga mahasiswa lintas perguruan tinggi yang ikut menyemarakkan festival ini.

 


2 dari 3 halaman

Seni, Sastra, dan Semangat Kebersamaan

Berbagai kegiatan dihadirkan dalam festival ini, mulai dari pameran ilustrasi dan memorabilia Sapardi, dongeng dewasa puisi oleh Ariyo Faridh, hingga pertunjukan tari dari Komunitas Bakul Budaya dan pementasan teater oleh Teater Jangka Panjang. Festival ini juga menyuguhkan pembacaan puisi oleh berbagai tokoh dan tentu saja musikalisasi puisi—sebuah cara ekspresif dan emosional untuk menghidupkan kembali karya-karya Sapardi.

“Festival ini menghadirkan serangkaian acara seni dan sastra yang mempertemukan semangat mahasiswa, alumni, dan masyarakat,” kata Joris Tutupoly, Ketua Pelaksana Festival Hujan Bulan Juni 2025.

Salah satu penampil yang paling dinanti adalah kelompok musik Sasina, yang membawakan musikalisasi dari dua puisi, termasuk karya ikonik Hujan Bulan Juni.

“Kami turut merayakan warisan sastra dari Sapardi dengan membawakan puisi-puisinya dalam bentuk musik. Salah satunya adalah saduran yang kami musikalisasi sebagai bentuk penghormatan atas kedalaman makna karya beliau,” ujar Shovia dan Abel, perwakilan dari Sasina.

Kolaborasi lintas bidang pun menjadi daya tarik tersendiri. Ada kolaborasi tari dan musikalisasi puisi antara Sasina dan Bakul Budaya FIB UI, serta sesi open mic bertema “Merawat Asa” yang memberi ruang ekspresi bebas bagi siapa pun yang ingin bersuara lewat puisi.

 

3 dari 3 halaman

Warisan yang Tak Pernah Usang

Festival ini juga menyelipkan momen reflektif lewat sesi meditasi bersama Urban Spiritual Indonesia, memperkaya pengalaman festival sebagai ruang yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh sisi batin.

“Festival Hujan di Bulan Juni menunjukkan bahwa kenangan akan Prof. Sapardi Djoko Damono selalu abadi. Penyelenggara festival ini, bersama sivitas akademika FIB UI, berani mencintainya dengan sederhana. Ini adalah bentuk cinta yang tidak berlebihan namun penuh makna,” tutur James Farlow, Manajer Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni FIB UI.

Festival Hujan Bulan Juni bukan hanya agenda budaya tahunan, tetapi telah menjadi ruang kolektif untuk merawat asa bersama—melalui kata, gerak, dan nada. Di saat dunia terasa penuh tantangan, karya-karya Sapardi dan semangat para penggiat seni ini mengingatkan kita bahwa harapan bisa tetap tumbuh, bahkan dari hal-hal paling sederhana. Termasuk dari hujan di bulan Juni.

 

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *