ONLINE177 – Kesalahan Pasien Alergi Saat Beli Obat di Warung yang Harus Kamu Hindari

BPOM RI dan IPMG Luncurkan E-Labeling, Solusi Modern untuk Memerangi Produk Obat Palsu (Ilustrasi by AI)

Liputan6.com, Jakarta – Alergi memang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Saat gejala muncul, banyak pasien yang langsung membeli obat di warung atau toko tanpa konsultasi apoteker. Padahal, kebiasaan ini bisa berisiko dan justru memperburuk kondisi alergi. 

Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Dr. apt. Lusy Noviani, M.M., memberikan penjelasan penting terkait kesalahan pasien alergi saat beli obat di warung yang perlu dihindari.

Menurut Dr. Lusy, banyak pasien alergi yang masih menganggap alergi sebagai penyakit biasa sehingga mereka hanya mengandalkan obat yang dibeli sembarangan tanpa pemahaman yang cukup. 

“Mereka hanya makan obat atau minum obat bila itu mengganggu mereka. Dan, ketika minum obat, kadang tidak beli di tempat yang memberikan edukasi lebih, misalnya apotek,” ujarnya.

Padahal, obat-obat yang dijual bebas di warung atau toko serba ada seperti minimarket sering kali tidak disertai edukasi tentang efek samping dan cara penggunaan yang tepat. 

Akibatnya, pasien alergi bisa mengalami ketidaknyamanan dan akhirnya malas minum obat sehingga alergi sulit dikendalikan.


2 dari 4 halaman

Salah Pilih Obat dan Efeknya

Salah satu kesalahan paling umum adalah membeli obat yang tidak sesuai dengan jenis alergi yang diderita. 

Dr. Lusy mencontohkan, pasien yang membeli obat flu atau obat batuk yang tidak tepat hanya karena harganya murah atau mudah didapat. 

“Ada pasien yang minta obat mata untuk mata merah, padahal merahnya akibat alergi, bukan infeksi biasa. Jika diberi obat tetes mata yang salah, malah bisa memperburuk,” kata Dr. Lusy saat acara Indonesia Pharmacy Expo & Conference (IPEC) 2025.

Banyak pasien tidak menyadari perbedaan ini sehingga gejala alergi menjadi berkepanjangan atau makin parah.

“Kalau apoteker tahu, bisa langsung memberikan obat yang sesuai dan edukasi tentang bagaimana mengatasi alergi secara tepat,” tambah Dr. Lusy.

3 dari 4 halaman

Paparan Alergen Tidak Diketahui

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah pasien tidak tahu pasti alergen apa yang menyebabkan reaksinya. 

“Banyak yang minum obat tapi tidak tahu paparan alergennya sudah dihindari atau belum. Padahal, menghindari alergen itu kunci agar alergi tidak muncul terus-menerus,” kata Dr. Lusy.

Dia, menambahkan, pendekatan yang benar untuk pasien alergi adalah melakukan asesmen mendalam, bukan hanya memberi obat. 

“Kalau pasien tidak tahu kapan gejala muncul, bisa jadi perlu tes alergi. Tapi kalau jawabannya sudah jelas dari wawancara mendalam, obat bisa diberikan sesuai kebutuhan,” ujar Dr. Lusy.

Dia menyoroti peran penting apoteker dalam memberikan edukasi kepada pasien alergi.

“Di apotek, apoteker harus mampu melakukan asesmen dan memberikan penjelasan yang memadai mengenai obat maupun non-obat untuk alergi, termasuk cara menghindari alergen serta menjaga imunitas tubuh,” ujar Dr. Lusy. 

Selain itu, dia juga menekankan pentingnya apoteker untuk terus memperbarui ilmu pengetahuan dan berinovasi dalam pendekatan pengobatan alergi.

“Kita harus selalu update ilmu, tidak hanya terkait obat, tetapi juga faktor lain yang memengaruhi alergi seperti stres dan defisiensi vitamin D,” tambahnya.

4 dari 4 halaman

Peran Apoteker dalam Edukasi Pasien Alergi

 

Dalam kesempatan yang sama, Opella Healthcare Indonesia kembali berpartisipasi dalam IPEC 2025 dengan fokus utama mengedukasi apoteker mengenai rinitis alergi dan akses obat bebas resep (over the counter/OTC).

Edukasi ini merupakan bagian dari upaya memperkuat peran apoteker sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan mandiri (self care).

Midha Mulyaningrum, Country Head Opella Healthcare Indonesia, menjelaskan, rinitis alergi sering disalahartikan sebagai flu biasa sehingga penanganannya kurang tepat.

“Karena forum ini memang ditujukan untuk para farmasis, kami manfaatkan momen ini untuk memberikan edukasi tentang rinitis alergi, agar apoteker dapat memberikan informasi yang akurat kepada pasien,” ujarnya.

Untuk menjangkau apoteker secara luas, Opella bekerja sama dengan platform digital SwipeRx yang menyediakan konten edukasi yang mudah diakses kapan saja dan di mana saja.

SwipeRx menawarkan fitur seperti Satuan Kredit Profesi (SKP), pelatihan keterampilan, dan interaksi langsung dengan para ahli untuk mendukung pengembangan kompetensi apoteker.

Selain rinitis alergi, edukasi juga difokuskan pada konsep OTC switch, yaitu peralihan obat resep menjadi obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Strategi ini bertujuan meningkatkan akses masyarakat terhadap pengobatan mandiri yang aman dan tepat.

“Apoteker dikunjungi 10 kali lebih sering dibandingkan dokter. Mereka adalah titik awal masyarakat dalam mencari solusi kesehatan,” ujar Midha.

Oleh karena itu, edukasi berkelanjutan bagi apoteker sangat penting untuk memastikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai kebutuhan pasien.

Dengan program ini, Opella berharap apoteker dapat menjalankan perannya secara maksimal dalam self care, sehingga membantu masyarakat memperoleh penanganan yang efektif dan efisien.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *