Liputan6.com, Jakarta – Penyakit Moyamoya adalah kondisi langka yang ditandai dengan penyempitan pembuluh darah utama di otak, mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kecil yang menyerupai kepulan asap. Istilah ‘moyamoya’ berasal dari bahasa Jepang yang menggambarkan fenomena ini, dan sering kali terjadi bersamaan dengan penyakit lain.
Gejala penyakit moyamoya bervariasi tergantung pada usia dan tingkat keparahannya. Pada anak-anak, gejala dapat mencakup kejang, kelumpuhan, dan keterlambatan perkembangan, sedangkan pada orang dewasa, gejala sering kali mirip dengan stroke.
Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti stroke. Oleh karena itu, mengenali ciri gejala penyakit moyamoya adalah langkah awal yang krusial untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Biasanya Terjadi Bersamaan dengan Penyakit Lain
Penyakit moyamoya sering kali tidak berdiri sendiri dan dapat terjadi bersamaan dengan berbagai kondisi medis lainnya. Beberapa penyakit yang dapat berhubungan dengan moyamoya antara lain sindrom Down, penyakit Graves, dan neurofibromatosis tipe 1, dilansir Cleveland Clinic.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini. Misalnya, individu dengan penyakit sel sabit atau aterosklerosis juga berisiko lebih tinggi mengalami moyamoya.
Mengutip ANTARA, menurut dokter spesialis bedah saraf, dr. Muhammad Kusdiansah, “Penyakit moyamoya adalah istilah dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menggambarkan tumbuhnya banyak pembuluh darah kecil akibat penyempitan pembuluh darah utama.”
Ini menunjukkan pentingnya pemahaman yang lebih dalam mengenai hubungan antara moyamoya dan kondisi lain beserta ciri-cirinya.
Ciri Gejala Penyakit Moyamoya
Ciri-ciri dan gejala penyakit moyamoya bervariasi antara anak-anak dan orang dewasa. Pada anak-anak, gejala dapat mencakup:
- Kejang yang sering terjadi.
- Kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
- Kesulitan berbicara (afasia).
- Sakit kepala berulang.
- Gangguan penglihatan.
- Keterlambatan perkembangan.
Sementara itu, pada orang dewasa, gejala penyakit moyamoya dapat meliputi:
- Stroke iskemik dengan gejala seperti kelemahan separuh tubuh dan bicara pelo.
- Pendarahan otak yang menyebabkan sakit kepala parah dan tiba-tiba.
- Kesulitan berkonsentrasi dan gangguan memori.
- Gerakan yang tidak disengaja dan migrain.
Gejala umum yang dapat dialami oleh semua usia termasuk kelemahan pada satu sisi tubuh, kesemutan, dan gangguan kognitif. Penting untuk segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala ini, terutama jika terjadi secara tiba-tiba.
Pentingnya Diagnosis Dini
Diagnosis dini penyakit moyamoya sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Pemeriksaan pencitraan otak seperti angiografi serebral dan MRI sering digunakan untuk mendiagnosis kondisi ini.
Gejala awal seperti stroke ringan atau serangan iskemik transien (TIA) harus diwaspadai. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi stroke yang lebih parah.
Dengan memahami ciri gejala penyakit moyamoya, individu dapat lebih cepat mencari bantuan medis. Kesadaran akan gejala ini dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan otak yang lebih lanjut.
Faktor Risiko dan Penyebab Penyakit Moyamoya
Penyakit moyamoya dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Meskipun penyebab pasti belum sepenuhnya dipahami, ada indikasi bahwa kondisi ini lebih umum terjadi pada individu dengan latar belakang etnis tertentu, terutama orang Jepang.
Faktor risiko lainnya termasuk usia, di mana penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak berusia antara lima hingga sepuluh tahun dan orang dewasa berusia antara tiga puluh hingga lima puluh tahun. Selain itu, wanita memiliki risiko dua kali lipat dibandingkan pria untuk mengembangkan penyakit ini.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari penyakit moyamoya. Dengan demikian, penting untuk terus memantau perkembangan penelitian di bidang ini.