Liputan6.com, Jakarta – Salah satu pendekatan yang mulai banyak diteliti akhir-akhir ini adalah bagaimana pola makan, khususnya konsumsi makanan kaya flavonoid, dapat mendukung proses penuaan yang sehat dan menjaga kesehatan fisik serta mental.
Seperti diketahui, dalam beberapa dekade terakhir, harapan hidup manusia terus meningkat. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas akan mencapai 2,1 miliar pada 2050. Bahkan, jumlah centenarian — mereka yang berusia 100 tahun atau lebih — diprediksi hampir menyentuh angka 4 juta pada 2054.
Namun, panjang umur tak cukup hanya dilihat dari sisi kuantitas. Cara atau kualitas hidup di usia senja juga menjadi sorotan penting.
Apa Itu Flavonoid dan Di Mana Bisa Ditemukan?
Flavonoid adalah senyawa fitokimia yang secara alami terdapat dalam berbagai buah, sayuran, dan makanan nabati.
“(Flavonoid) adalah zat yang memberi banyak tanaman warna-warna cerah, tetapi tampaknya juga memiliki khasiat yang meningkatkan kesehatan,” jelas Nicola Bondonno, PhD, peneliti dari Institut Kanker Denmark.
Beberapa sumber flavonoid yang umum antara lain:
- Buah beri (blueberry, raspberry)
- Jeruk dan jeruk bali
- Cokelat hitam
- Teh hijau dan hitam
- Anggur merah
- Sayuran seperti bayam, kangkung, tomat, bawang, dan kacang polong
- Buah-buahan seperti persik dan pisang
“Flavonoid memiliki sifat antioksidan dan antiradang yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan, serta mendukung fungsi otak dan otot,” tambah Bondonno, dilansir Medical News Today.
Flavonoid dan Risiko Kelemahan Fisik yang Lebih Rendah
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition menganalisis data dari lebih dari 85.000 orang berusia 60 tahun ke atas. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi tinggi makanan kaya flavonoid berkaitan dengan penurunan risiko kelemahan fisik dan penurunan fungsi tubuh, khususnya pada perempuan.
“Wanita dengan asupan flavonoid tertinggi memiliki risiko kelemahan 15% lebih rendah dan peluang gangguan fungsi fisik 12% lebih rendah,” kata Bondonno.
Ini penting karena kelemahan fisik di usia lanjut berkaitan erat dengan risiko jatuh, hilangnya kemandirian, hingga penurunan kualitas hidup.
“Bahkan peningkatan sederhana dalam konsumsi flavonoid dapat membuat perbedaan nyata dalam kemampuan seseorang untuk hidup sehat dan aktif hingga usia lanjut,” imbuhnya.
Manfaat untuk Kesehatan Mental yang Lebih Stabil
Tak hanya fisik, flavonoid juga berperan dalam menjaga kesehatan mental. Peserta perempuan dalam studi yang mengonsumsi lebih banyak flavonoid mengalami risiko gangguan kesehatan mental 12% lebih rendah, seperti gejala depresi atau kelelahan mental.
“Temuan ini menunjukkan bahwa apa yang kita makan dapat berperan dalam mendukung bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga kesejahteraan emosional dan psikologis kita seiring bertambahnya usia,” kata Bondonno.
Bahkan pada kelompok pria, meskipun tidak ditemukan manfaat dalam hal kekuatan fisik, peneliti tetap mencatat penurunan risiko gangguan mental sebesar 15% di antara pria dengan konsumsi flavonoid tinggi.
Mengapa Efeknya Bisa Berbeda pada Pria dan Wanita?
Menariknya, efek positif flavonoid dalam hal kekuatan fisik lebih terlihat signifikan pada wanita ketimbang pria. Menurut Bondonno, hal ini bisa jadi disebabkan oleh perbedaan durasi studi dan bukan sepenuhnya faktor biologis.
“Pria diikuti dalam waktu yang lebih singkat, jadi kami mungkin belum memiliki cukup data untuk mendeteksi efek tertentu. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apakah pria dan wanita benar-benar merespons flavonoid secara berbeda,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa timnya berencana mengeksplorasi lebih jauh hubungan dua arah antara flavonoid dan kesejahteraan, termasuk bagaimana kesehatan mental seseorang juga dapat memengaruhi pola makan mereka.
Diet Flavonoid: Solusi Proaktif dalam Mendukung Penuaan Sehat
Menurut Dr. Manisha Parulekar, Direktur Divisi Geriatri di Hackensack University Medical Center, flavonoid merupakan antioksidan kuat yang juga memiliki efek antiperadangan.
“Stres oksidatif dan peradangan kronis adalah pendorong utama penuaan dan penyakit terkait usia. Dengan memperlambat proses ini, flavonoid dapat memperlambat aspek negatif dari penuaan,” jelasnya.
Parulekar juga menambahkan bahwa konsumsi flavonoid terbukti berkaitan dengan peningkatan kesehatan jantung, termasuk tekanan darah yang lebih stabil, kadar kolesterol yang lebih baik, serta fungsi pembuluh darah yang optimal.
“Karena kesehatan kardiovaskular berperan penting terhadap umur panjang, flavonoid dapat mendukung penuaan yang lebih sehat dan berkualitas,” katanya.
Pola makan berbasis flavonoid, kata Parulekar, adalah bentuk perawatan preventif yang mudah diakses dan memberdayakan.
“Ini bukan sekadar mengobati gejala, tetapi memperbaiki akar penyebab penurunan kualitas hidup seiring bertambahnya usia,” pungkasnya.