Liputan6.com, Jakarta – Setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, para jemaah yang akan pulang ke Indonesia atau berpindah dari Makkah ke Madinah diimbau untuk menjaga kesehatan secara optimal.
Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dr. Mohammad Imran, MKM, menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap berbagai gejala penyakit yang bisa muncul usai ibadah haji, terutama akibat paparan cuaca panas ekstrem di Arab Saudi.
“Bagi jemaah yang sedang mempersiapkan diri untuk pulang ke Indonesia ataupun berpindah dari Makkah ke Madinah, agar selalu menjaga kesehatannya dan mewaspadai gangguan kesehatan yang dipicu cuaca panas ekstrem di Arab Saudi, dengan suhu udara di Makkah mencapai 45°C dan di Madinah mencapai 47°C, serta kelembapan rendah di bawah 15%,” ujar Imran saat konferensi pers di Media Center Haji, Daerah Kerja Makkah, dilansir Sehat Negeriku, Kementerian Kesehatan.
Cuaca panas ini berisiko menyebabkan kelelahan akibat panas (heat exhaustion), dehidrasi, hingga memperparah kondisi penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, gagal jantung, dan penyakit paru-paru kronis.
Lonjakan ISPA hingga Penyakit Kronis Jadi Sorotan
Menurut dr. Imran, kondisi iklim yang sangat berbeda dengan Indonesia bisa memicu lonjakan penyakit pada jemaah haji. Hingga hari ke-44 pelaksanaan haji, tercatat lebih dari 72 ribu jemaah menjalani rawat jalan di kloter, dengan kasus terbanyak adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), hipertensi, dan diabetes.
“Panasnya Arab Saudi yang berbeda dengan suhu udara di Indonesia dapat memicu kejadian akut penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Kami mencatat hingga hari ke-44, jumlah jemaah rawat jalan mencapai 72 ribu orang, dengan tiga kasus terbanyak adalah ISPA, hipertensi, dan diabetes,” ungkapnya.
Selain itu, sebanyak 238 jemaah dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS), dengan kasus terbanyak adalah pneumonia, diabetes dengan komplikasi, dan penyakit jantung koroner.
Hindari Aktivitas Berat dan Fokus Istirahat
Untuk menghindari komplikasi kesehatan, PPIH menyarankan agar jemaah menghindari aktivitas berat, seperti umrah sunnah berulang atau mengejar ibadah Arbain secara fisik. Istirahat yang cukup sangat dianjurkan untuk mempercepat pemulihan dan mencegah perburukan kondisi.
“Jemaah juga sebaiknya tidak memaksakan diri melakukan ibadah tambahan yang menguras fisik. Jika ingin beribadah di luar hotel, hindari waktu terik antara pukul 10.00 sampai 16.00 waktu Arab Saudi. Gunakan payung, semprotan wajah, dan selalu bawa air minum,” jelas Imran.
Bagi jemaah lanjut usia atau yang memiliki komorbid, lebih baik mengutamakan ibadah-ibadah ringan seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, atau bersedekah. Pemeriksaan kesehatan secara rutin minimal seminggu sekali dan konsumsi obat sesuai anjuran dokter juga sangat dianjurkan.
Kenali Gejala Usai Haji, Segera Periksa ke Fasilitas Kesehatan
Setibanya di Indonesia, jemaah diimbau tidak lengah terhadap gejala penyakit yang bisa muncul. Imran menegaskan bahwa siapa pun yang mengalami demam, batuk, pilek, atau sesak napas dalam 14 hari setelah kepulangan dari Tanah Suci harus segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
“Segera ke puskesmas atau rumah sakit jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan, apalagi bila disertai sesak dan ada riwayat perjalanan dari Arab Saudi. Sampaikan riwayat perjalanan Anda kepada petugas kesehatan agar bisa dilakukan penanganan yang sesuai dan akurat,” katanya.
Kewaspadaan terhadap COVID-19 Masih Relevan
Meskipun pandemi telah berakhir, kewaspadaan terhadap COVID-19 tetap penting, terutama mengingat adanya peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Indonesia. Kemenkes mencatat bahwa hingga minggu ke-23 tahun 2025, terdapat 178 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia.
“Kami mendapatkan informasi bahwa data COVID-19 di Indonesia hingga minggu ke-23 mencapai 178 orang terkonfirmasi positif. Oleh karena itu, bagi jemaah yang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan segera melaporkan riwayat perjalanannya ke petugas kesehatan,” tegas Imran.
Imbauan ini bukan hanya ditujukan untuk perlindungan individu, tapi juga sebagai upaya mencegah penyebaran penyakit kepada keluarga maupun lingkungan sekitar setelah kembali ke Tanah Air.