ONLINE177 – Cara Efektif Edukasi HIV ke Remaja, Bukan Lewat Seminar Formal

FOTO: Pemkot Bogor Sebar 50 Titik Wifi Gratis untuk PJJ

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini menyampaikan bahwa ada 2.700 remaja usia 15–19 tahun yang hidup dengan HIV hingga Maret 2025. Angka ini menunjukkan bahwa remaja masih menjadi kelompok yang rentan. Maka penting bagi remaja untuk mendapatkan edukasi seputar HIV.

Edukasi HIV kerap disampaikan lewat cara-cara formal seperti seminar kesehatan atau brosur, yang belum tentu menarik atau relevan bagi remaja. Padahal, pendekatan sesuai dunia mereka sangat dibutuhkan agar pesan pencegahan penyakit tersebut bisa sampai.

Dokter yang juga epidemiolog Dicky Budiman menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif, berbasis realitas, dan dikembangkan bersama remaja agar edukasi HIV bisa efektif.

Ia pun membagikan sejumlah cara agar edukasi HIV bisa diterima dengan lebih baik oleh kalangan muda.

1. Pakai Bahasa Remaja Bukan Formal

“Remaja enggak akan tertarik dengan istilah penularan per vertikal, tapi lebih tertarik dengan bahasan yang dekat dengan mereka misalnya ‘Kenapa ya teman itu bisa kena HIV tapi enggak kelihatan sakit?’,” contoh Dicky lewat pesan suara ke Liputan6.com pada Kamis, 19 Juni 2025. 

2. Pendekatan Sesuaikan Kondisi Wilayah

Tiap wilayah memiliki cara pendekatan yang berbeda-beda meski sama-sama berusia remaja. Remaja di perkotaan seperti di Jakarta memiliki bahasan atau aktivitas yang berbeda dengan remaja di pedalaman atau luar Pulau Jawa.

 


2 dari 3 halaman

3. Libat Peer Educator atau Influencer

Dalam membangun literasi kesehatan termasuk pencegahan HIV lebih efektif bila disampaikan teman sebaya atau sosok yang disukai (role model) yang dekat dengan kehidupan remaja.

“Jadi, edukasi bukan hanya oleh dokter atau guru,” katanya.

4. Berbasis Digital dan Media Sosial

Bagi generasi remaja yang kini aktif menggunakan handphone maka aktivitas di ruang digital begitu besar. Maka bisa memasukkan konten edukasi kesehatan misalnya berbentuk video pendek, podcast, komik digital.

“Itu lebih mudah diserap dibanding brosur atau seminar formal,” kata Dicky.

 

3 dari 3 halaman

5. Jangan Menakut-nakuti

Saat memberikan edukasi kesehatan seksual termasuk pencegahan penularan HIV, Dicky mengingatkan agar tidak memasukkan tone yang menakuti remaja.

Lebih baik kuatkan kemampuan remaja dalam mengambil keputusan seperti kemampuan menolak ajakan aktivitas berisiko.

“Ajarkan mereka kemampuan negosiasi, jadi ada self respect dan menolak ajakan aktivitas berisiko seperti minum minuman beralkohol, jarum suntik,” kata Dicky.

6. Pendekatan Tanpa Stigma

Upaya pencegahan HIV harus melibatkan keluarga dan guru dengan pendekatan tanpa stigma. Banyak remaja takut membicarakan soal seks karena khawatir dimarahi atau dihakimi, baik di rumah maupun di sekolah.

“Karena itu, orangtua dan guru perlu dilatih agar bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi remaja untuk bercerita bukan menjadi hakim bagi mereka,” pesan Dicky.

 

 

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *